Thursday, December 3, 2009

Siapa Paling Sering Marah di Rumah?

Pedebatan atau pertengkaran dalam keluarga kerap terjadi di rumah. Survei menemukan setidaknya ada tiga kali pertengkaran dalam sehari selama lima menit di rumah. Siapa pihak yang paling sering marah di rumah?

Berdasarkan survei terhadap 3.000 keluarga tersebut ternyata ibu yang paling sering marah. Dengan rata-rata tiga kali sehari selama lima menit dalam setahun sebuah keluarga menghabiskan waktu untuk bertengkar sebanyak 91 jam.

Rata-rata penyebab pertengkaran ini adalah anak-anak memperlakukan rumah layaknya sebuah hotel, sehingga tak jarang orangtua dibuat pusing dan marah atas sikap si anak. Karena perempuan lebih menggunakan perasaannya atau sisi emosionalnya, maka biasanya ibu lah yang paling cepat marah atau memicu pertengkaran di rumah.

”Hal menarik yang bisa diambil disini adalah seorang ibu tetap memainkan peranan yang penting dalam sebuah keluarga,” ujar Mark De Netto, salah satu peneliti yang ikut terlibat, seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (4/12/2009).

Lebih lanjut para ahli menemukan seorang ayah tidak terlalu terlibat dalam masalah pertengkaran atau perdebatan yang terjadi. Ini karena ayah lebih suka pergi menjauh untuk menenangkan diri. Sementara anak perempuan justru paling sering menunjukkan emosinya dengan membanting pintu saat berdebat.

Perdebatan yang terjadi di rumah juga bisa timbul akibat perbedaan keinginan dalam menonton televisi, para ibu lebih suka menonton sinetron, ayah lebih suka menonton olahraga atau dokumenter sedangkan anak-anak lebih memilih menonton film atau acara reality show TV.

”Meskipun perdebatan ini seringkali terjadi dalam sebuah keluarga, tapi ternyata perbedaan pendapat ini bisa memainkan perana penting dalam membangun dan memperkuat ikatan di antara anggota keluarga. Jadi argumen-argumen kecil dalam keluarga bisa memiliki efek positif,” ujar De Netto.

Tapi perdebatan atau pertengkaran dalam rumah bisa memiliki efek tersendiri selain memperkuat ikatan satu sama lain, berdebat membuat seseorang bisa mengenal orang lain secara lebih baik. Amarah yang tidak tersalurkan juga bisa berdampak buruk pada kesehatan, karena memicu depresi dan perasaan tertekan satu sama lain.

Jika ingin memliki keluarga yang harmonis, berdebatlah secara sehat dan tidak perlu menggunakan kekerasan atau kata-kata yang kasar. Dan apabila ingin mengomeli anak tetaplah gunakan kata-kata positif agar anak mau mendengarkan apa yang orangtua bicarakan.